September 21, 2011
0
Jejak Sejarah Raja-raja di Jawa. Hidup dan kehidupan adalah sebuah mata rantai dari rangkaian panjang
sejarah. Maka, sangat beralasan sekali jika Bung Karno berucap “Jangng lupakan sejarah” karena sejarah merupakan sebuah titik tolak dari sebuah masa depan. Dari sejarah orang bisa banyak belajar akan makna hidup serta kehidupan,merencanakan sebuah masadepan dan akhirnya sejarah bisa merupakan sebuah identitas multi dimensi yang sangat berpengaruh terhadap karakter pribadi atau pun sebuah bangsa. Karena, kepada sejarah kita banyak dipengaruhi oleh sikap penggalian akan kaidah normatik, etika atau masih banyak lagi. Sampai akhirnya sejarah adalah “tumbuhan yang hidup” yang sebenar-benarnya — hidup. karena sejarah begitu berakar dalam tiap jiwa manusia dan kemudian menumbuhkan sikap dan cara fikir lebih bijaksana.



SEJARAH KERAJAAN TARUMANEGARA

Kata-kata “sejarah” biasanya memang identik dengan kisah Raja-raja dan Kerajaan. Perjalanan Indonesia sampai masa sekarang, tentu bukanlah tiba-tiba saja ada, seperti saat ini. Akan tetapi, jauh daripada itu, tentu diwarnai berbagai macam kejadian dan fase yang panjang. Mulai dari masa pra-sejarah (sebelum ada peradapan) sampai jaman sejarah, jaman kerajaan—dimana masarakatnya mulai mengenal politik, agama dan tulisan—sampai jaman penjajahan dan rentang kejadian lainnya yang tak kalah panjangnya, sampai saat yang kita rasakan sekarang ini.

Masa-masa pertama bangsa Indonesia mengenal sistem pemerintahan, huruf serta agama. Adalah jaman pemula. Yang ditandai dengan munculnya berbagai macam kerajaan di Jawa—yang meliputi tatar sunda (atau jawa barat) Jawa (yang meliputi tengah dan timur juga madura, karimunjawa sampai ke Bali).

Pada abad permulaan masehi, menurut catatan Ptolemeus, dikawasan Argype atau Banten disitu pernah ada sebuah kerajaan yang bernama “Salakanegara” yang artinya negri perak. Disini, jika kita mengacu pada kisah atau dongeng tentang “Aji Saka” yang kerajaannya bernama “Madang Kamula” yang artinya Madang adalah Kerajaan, Kamula atau yang pertama. Sedang nama tokoh Aji Saka Sendiri dalam bahasa sansekerta bermakna “Aji artinya Raja dan Saka artinya Pertama” maka saya berandai andai mungkinkah tokoh Aji Saka ini adalah Dewawarman 1. Yang berasal dari Hindustan. Karena Salakanegara ini merupakan cikal bakal kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa. Ini setidaknya menurut naskah Wangsakerta Tepatnya pada tahun 150 m, yang berkesinambungan sampai 8 keturunan yakni dari Dewawarman ke 1 — sampai Dewawarman ke 8. Kemudian, peta kekuasaan berlanjut ke kerajaan “Tarumanegara” yang didirikan oleh Resiguru Jayasingawarman pada tahun 358 m, yang merupakan menantu Dewawarman ke 8. Ia mendirikan kerajaan itu di hulu sungai Ci-tarum sehingga kerajaan tersebut dinamakan Tarumanegara.

– “Jayasingawarman adalah seorang Resi yang diutus dari negri Palawa, Hindustan untuk menyebarkan agama Hindu kepenjuru dunia. Hal tersebut dapat ditinjau dari namanya “Resi rajaguru” yang tak lain adalah merupakan seorang sepiritual agama Hindu. Yang konon diberangkatkan pada gelombang kedua, setelah sebelumnya yakni gelombang pertama adalah Dewawarman ke 1 Atau tokoh yang identik dengan Aji Saka yang merupakan pendiri kerajaan Salakanegara.perlu dicatat: Bahwa budaya monarki atau pemerintahan yang dipimpin oleh seorang Raja adalah Budaya yang disebarkan oleh Kaum Hindunis hal itu tirsirat dan tersurat dari beberapa kitab-kitab tuntunan mereka seperti Bagawangita ataupun Mahabharata yang semuanya penuh dengan epik Kerajaan.

Hal peyebaran Agama Hindu ini juga dapat ditandai dengan munculnya kerajaan hindu lainnya yang serupa yakni “Kutai” di kalimantan yang didirikan oleh Raja kundugga dan Kalingga Jawa Tengah. Namun untuk Kalingga tidak ada bukti catatan yang akurat. Hanya di masa Ratu Sima saja, seorang penguasa perempuan yang tercatat dalam sejarah sebagai penguasa Kalingga, namun bisa ditebak bahwa Maharani Sima bukan raja pertamanya tentunya ada Raja lainnya sebelum Maharani Sima.

Ketiga kerajaan diatas bisa dibilang berdiri dengan rentang waktu yang beriringan. Dan, bisa diterka bahwa pada masa itu “ada” sebuah pergerakan khusus yakni misi penyebaran agama Hindu besar-besaran kepenjuru dunia sedangkan jalannya lewat penyebaran kebudayaan “Kerajaan”. Dan, hal inilah yang konon menginspirasi para tokoh dewan Islam “wali-sanga” melakukan ekspedisi menyebarkan islam

Tapi, dalam kesempatan ini saya hanya akan menulis tentang kerajaan yang ada dipulau Jawa dan Sunda. Mungkin di kesempatan lain, jika ada waktu luang, juga akan menulis tentang Kutai atau Sriwijaya.
Pertama-tama adalah “Kerajaan Tarumanegara”

setelah era Singawarman berakhir tampuk kerajaan diberikan pada putranya yakni Darmayawarman. Baru setelah itu kerajaan Tarumanegara mengalami masa keemasan—saat dipimpin oleh Purnawarman—raja ke 3.
Dan, Setelah mengawinkan putrinya yang pertama yang disunting oleh pangeran dari Kutai, kalimantan yaitu Wisnuwarman.
Seperti yang tercatat dalam prasasti tugu — Istana kerajaan pada waktu itu dipindahkan ketempat yang lebih dekat pantai yakni istana Sundapura. (namun kerajaannya masih tetap Tarumanegara) Disinilah awal mula adanya istilah “Sunda”.
__Raja ke 4.Wisnuwarman 434_455m
__Raja ke 5.Indrawarman 455_515m
__Raja ke 6.Candrawarman 515_535m
__Raja ke 7.Suryawarman 535_561m
__Raja ke 8.Kerthawarman 561_628m
__Raja ke 9.Sudhawarman 628_639m
__Raja ke 10.Hariwangsawarman 639_640m
__Raja ke 11.Nagajayawarman 640_666m
__Raja ke 12. Linggawarman 666_669m
adalah Raja terakhir
karena pada thun 669m, oleh Trusbawa yang sesungguhnya adalah menantu Linggawarman atau Raja ke 12—menetapkan secara permanen Sundapura menjadi kerajaan yang berdaulat penuh. Serta memindahkan sepenuhnya istana dari kota lama ke sundapura. Sedangkan kota lama “tempat pusat istana semula” berganti menjadi Kerajaan Galuh. Adapun yang menjadi rajanya adalah Wretikandayu cicit dari Manikmaya menantu Suryawarman (raja Tarumanegara ke-7) dari perningkahannya dengan putri Tirta Kencana. Manikmaya-red adalah pendiri kerajaan KENDAN yang terletak di Nangreng; antara Bandung, Limbangan dan Garut.
Sedang Linggawarman selain punya menantu Trusbawa, dia juga mempunyai menantu lain dari putri keduanya “Sobakencana” yaitu: Dapuntahyang Sri Jayanasa yang merupakan pendiri Kerajaan Sriwijaya.


KERAJAAN KENDAN DAN GALUH

Dikisahkan dalam naskah Wangsakerta jika Resiguru Manikmaya adalah seorang Resi pengembara yang tiba di Tarumanegara pada saat pemerintahan Raja Suryawarman. Manikmaya berjasa besar atas saran-sarannya, termasuk saran kebijakan mengembalikan kedaulatan pada rakyat dan penguasa-penguasa daerah.
kemudian Suryawarman pun memberikan hadiah pada Manikmaya “Tanah Kendan” yang waktu itu masih perbukitan untuk menjadikan sebuah Kerajaan. Resi Manikmaya juga diberi kelengkapan Raja dan mahkota serta diberi rakyat dan bala tentara selain juga dijodohkan dengan “Tirta Kencana” putri Suryawarman.
Dan setelah kepemimpinan Suryawarman berakhir, para pemimpin Tarumanegara berikutnya terbilang pendek-pendek sekali masa kepemimpinannya. Tersebutlah: Sudhawarman 11 tahun, Hariwangsawarman cuma 1 tahun, Nagajayawarman 26 tahun, Linggawarman (raja terakhir) 3 tahun, hanya Kertawarman agak lama yakni 67 tahun.
Pada masa Linggawarman raja ke 12 Tarumanegara—Kerajaan Kendan baru bergulir 4 raja tapi Tarumanegara sudah berganti raja 6 kali — waktu itu sebenarnya Kerajaan Tarumanegara telah jatuh ditangan penjajah “Dinasti Tang” — tercatat dalam catatan Dinasti Tang, dicina — akan tetapi pasukan dinasti Tang dapat dikalahkan dan Tarumanegara dapat direbut kembali semua tak lain adalah Wretikandayu yang merupakan Raja Kendan ke 4 yang masih punya darah Tarumanegara. Wretikandayu (cicit Manikmaya-red). Maka setelah Linggawarman menyerahkan Tarumanegara sebagai kompensasi kepada Writikandayu. Maka menantu dari Linggawarman yakni Trusbawa—yang waktu itu masih terbilang muda sekali—pun memindah istana Tarumanegara ke Sundapura sepenuhnya. Sedangkan ibukota lama oleh wretikandayu diberinama Galuh. Dua Kerajaan tersebut berbatasan oleh arus sungai Citarum.

WRITIKANDAYU ADALAH BIBIT RAJA-RAJA DIJAWA

Wretikandayu mempunyai tiga putra dari istrinya yang bernama Manawati, seorang putri dari resi makandria. Manawati setelah jadi Permaesuri namanya diubah menjadi Candrasemi. Mereka punya tiga putra dan ketiga putranya adalah:
1. Rahiyang Sampakwaja.
2. Rahiyang kidul.
3. Rahiyang Mandiminyak

Putra yang pertama “Sampakwaja” beristri pwahaci rababu dan mempunyai 3 orang putra yakni Damunawan, Purbasora dan Brakasenawa akan tetapi banyak yang menduga jika anak terakhir — yaitu Brakasenawa — adalah anak hasil hubungan gelap antara Pwhaci rebabu (istri Sampak waja) dengan Mandiminyak adik iparnya. Dan, sampakwaja-pun akhirnya lebih memilih meninggalkan istana, dan menjadi pertapa di galunggung.

Sementara tahta Galuhpakuan sendiri, diserahkan kepada Mandiminyak putra Wretikandayu yang bungsu. Karena putra kedua Wretikandayu mempunyai cacat fisik. Sedang sarat utama menjadi raja tidak boleh cacat atau pun sakit.

Sementara Mandiminyak sendiri beristrikan Endang Parwati putri Maharani Sima, Ratu Kalingga di jepara. Mandiminyak mempunyai seorang putri bernama Sanaha yang kemudian di jodohkan dengan Brakasenawa anak Sampakwaja yang diduga hasil selingkuhannya.

Al-hasil kedua saudara Brakasenawa — Damunawan dan Purbasora — merasa iri dengan Brakasenawa dan mereka melakukan kudeta dibantu pasukan dari indraprasta karena mereka mengklaim kalau sesungguhnya mereka lebih berhak daripada Brakasenawa baik menurut garis keturunan ataupun moral.
Setelah dikudeta Brakasenawa dan istrinya Sanaha pun mengungsi ke Sundapura. Tapi perpecahan dan dendam tidak usai disitu. Rakyan jambri atau yang lebih dikenal dengan nama Sanjaya yang merupakan anak Brakasenawa melakukan misi balas dendam. Merebut kembali tahta Galuh — setelah ia mengawini cucu
Trusbawa yang bernama Tejakencana. Sedangkan ayah dari Tejakencana yang didaulat bakal menggantikan ayahnya menduduki tahta Sundapura, meninggal terlebih dahulu maka tahta jatuh ke Tejakencana atau Sanjaya.

Maka dengan membawa pasukan Sundapura sanjayapun berhasil menyingkirkan Porbasora dan antek-anteknya. Sanjaya yang merupakan pewaris sah Galuh kembali menjadi raja

Akan tetapi hanya beberapa tahun saja — akhirnya Sanjayapun memberikan tahta Galuhpakuan kepada: “Permana dikusuma” yang merupakan cucu Purbasora. Dan Sundapura diserahkan pada putranya Rakai Tamperan. Dan, Sanjaya sendiri mangambil warisan yang terdapat di Kalingga yang dibagi menjadi dua. Sebelah selatan diberikan pada Saylendra dan sebelah utara diberikan pada Sanjaya.


PERUBAHAN KALINGGA MENJADI MATARAM — (hindu)

Dalam prasasti Mantyasih dan Canggal disebutkan bahwa pendiri Mataram adalah Sanjaya (732) sebenarnya waktu itu Mataram ada dua Dinasti yakni wangsa Saylendra dan Wangsa Sanjaya semuanya menamakan kerajaannya dengan sebutan Bumi Mataram. Akan tetapi menurut dugaan saya pribadi Bumi Mataram-red adalah nama lain dari tanah Jawa pada waktu itu. Karena dalam beberapa prasasti tertulis justru “kerajaan: Medang i bumi Mataram” dan “bukan kerajaan mataram”konon kedua wangsa tersebut tak pernah akur, selalu berselisih.

Wangsa Sanjaya menempati bumi mataram sebelah utara dan Saylendra sebelah selatan. Dengan dua agama yang berbeda; Wangsa Sanjaya Hindu dan Saylendra Budha hal itu itandai dengan pembangunan Candi Borobudur — candi Bhuda — pada masa Raja Indra (raja ke3 wangsa Saylendra) — dan, baru selesai pada Raja Samaratungga (raja ke:4 )
Adapun Raja-raja Wangsa Saylendra adalah:
1.Bhanu 752-775
2.Wisnu 775-782
3.Indra 782-812
4.Samaratungga 812-833
5.Pramodawardhani 833-856
6.Bala Putra Dewa 833-850
Sedangkan Raja-raja dari Wangsa Sanjaya adalah:
1.sanjaya 732-760
2.Rakai Panangkaran 760-780
3.Rakai Pananggalan 780-800
4.Rakai Warak 800-820
5.Rakai Gunung 820-840
6.Rakai Pikatan 840-856
(bersambung ke: Kalindan antara Kerajaan Medang Bumi Mataram dan Kahuripan (2))

0 comments: